AYO MENULIS !

AYO MENULIS !

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” (Pramoedya Ananta Toer).
Apa yang ditulis oleh sastrawan kondang Pramoedya Ananta Toer di atas menurut pendapat saya ada benarnya. Saat ini budaya menulis masih sangat sulit untuk diterapkan di kalangan masyarakat umumnya dan pelajar maupun pendidik pada khususnya. Padahal nenek moyang kita dahulu yang notabene belum mengenal kertas telah mengajarkan budaya “menulis” . Sebelum mengenal huruf/angka mereka menggambar simbol-simbol pada dinding goa atau tempat-tempat lain yang nantinya bisa ditemukan dengan tujuan supaya anak cucu dan keturunan mereka bisa mengetahui apa yang terjadi di jaman itu. Setelah mengenal tulisan (huruf Pallawa, berbahasa Sansekerta) mereka menulis pada batu yang sekarang ini kita kenal sebagai prasasti.


Tak terbayangkan oleh saya seandainya nenek moyang kita dahulu tidak menulis prasasti, mana mungkin kita tahu bahwa kerajaan tertua di Indonesia adalah Kerajaan Kutai. Mana mungkin kita bisa merangkai sejarah bangsa kita sendiri, mulai dari jaman Mataram, Singasari, Majapahit, dan seterusnya.
Saat ditemukan lontar, nenek moyang kita menulis pada daun lontar. Setelah ditemukan kertas, budaya menulis semakin berkembang. Pujangga besar tanah Jawa, Ronggo Warsito dan Pahlawan emansipasi wanita, R.A Kartini tidak akan setenar sekarang bila mereka tidak menulis. R.A Kartini akan tetap menjadi wanita jawa biasa yang hanya tau 3M (macak, masak, manak) yang hanya tinggal di rumah untuk berdandan, memasak, dan melahirkan anak. Berkat hasil tulisan surat-surat R.A Kartini yang dikirimkan kepada J.H. Abendanon di Belanda, kita jadi tahu buah piker beliau tentang emansipasi wanita. Untung sekali J.H. Abendanonpunya ide untuk mengumpulkan surat-surat tersebut dan menjadikan buku yang diberi judul “Door Duisternis Tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang).
Begitu juga Novel tragedi “Romeo and Julliete” karya William Shakespeare (1591-1595), yang begitulegendaris, yang sampai saat ini masih menjadi bahan kajian untuk mata kuliah “Novel” pada jurusa bahasa dan sastra Inggris, seandainya saat itu tidak ditulis, maka nama Shakespeare tidak akan pernah tercatat dalam sejarah.


Kegiatan tulis menulis juga telah dipraktekkan oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW. Rasulullah memerintahkan para Sahabatnya menuliskan wahyu di tulang-tulang unta atau keledai, batu-batu yang datar dan daun kurma. Karya-karya intektual di masa khilafah Umayyah, Abbasiyah, maupun Utsmaniyah di bidang Fiqh, Qira’at, sejarah, Hadits, Tafsir, maupun sains sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Nah, bagaimana dengan kita? Jika mau disebut sebagai generasi pewaris peradaban tentu saja tradisi menulis tidak bisa kita tinggalkan. Sebab itulah tradisi generasi terbaik, tradisi yang telah mengantarkan umat Islam ke puncak kegemilangan.
Maka melalui tulisan sederhana ini saya mengajak diri saya sendiri dan para pembaca untuk makin giat menulis. Mumpung kita belum pikun, paling tidak kita bisa menulis silsilah keluarga besar kita sendiri. Kelak disaat kita telah tiada, saat anak cucu kita kehilangan tempat bertanya, maka mereka tinggal membuka buku silsilah tersebut.
Mari kita tinggalkan jejak kita di dunia dalam bait-bait kalimat kebaikan, pahatkanlah ia dalam sebuah karya, dan biarkan ia tumbuh menjadi dzahrrah kebaikan. Agar kelak ketika kita berada di alam barzakh, ia tetap mengalirkan pahala yang tiada henti.
“…Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tiada harganya. Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, ia akan tetap tinggal di bumi…” (Ar-Ra’d: 17).
Aneh tapi nyata sejak pandemi justru saya lebih produktif berkarya. Di tahun 2019 hanya ada 1 buku antologi yaitu Guridta (Guru Murid Bercerita).

Berikut karya-karya antologi di tahun 2020:
1. Cerita Kampung Halaman
2. Mendekap Taqwa
3. Manfaat Profesi
4. Quotes Kebaikan
5. Filosofi Uang
6. The Best Teachers Make the Book from Their Heart
7. Kura-Kura Terbang
8. Rindu Dua Garis
9. Ayah
10. Ketika Guru Berbagi Pengalaman
11. Homepreneur
12. Hikmah Pandemi Covid-19
13. Setiap Guru Harus Baca Buku Ini

Dan dalam proses terbit berjudul "Satu Babak Kehidupan"

Telp Kantor

 (0342) 556134